Puyang bernama " Tungkuk" masih di jaga terus dan segala ritual penjagaannya masih tetap dilaksanakan.
Peninggalan nenek moyang " Tungkuk" yang saya ketahui waktu itu adalah berupa keris.
Keris itu sering di panggil dengan sebutan " Keris Puyang Tungkuk". Masyarakat Desa Pajar Bulan melakukan perawatan keris ini dengan cara melakukan ritual pencucian keris pusaka setiap 3 tahun sekali. Setiap pencucian keris, selalu didahului dengan ritual potong kambing dahulu untuk kemudian keris ini dicuci di air sungai yang mengalir, yang di kenal dengan nama sungai Kedurang. Masyarakat setempat menyebut sungai ini dengan sebutan " Ayik Kedurang ".
Waktu pencucian keris pusaka ini adalah waktu pagi hari sekitar pukul 4.00 WIB. Pantangan waktu pencucian keris ini adalah tidak boleh kedahuluan burung berbunyi. Setelah keris dicuci, keris di bawa pulang ke rumah kepala adat yang oleh masyarakat setempat disebut " Jurai Tue ". Masyarakat di desa Pajar Bulan juga mempercayai bahwa air bekas pencucian dari keris ini dapat menyembukan berbagai penyakit kulit, terutama penyakit yang sering disebut sebagai ghidas masam atau cacar air. Benar atau tidaknya khasiat dari air tersebut,
yang jelas ini adalah salah satu budaya Indonesia, warisan leluhur yang patut kita jaga kelestariannya, jangan sampai punah atau di akui sebagai budaya bangsa lain....
Peninggalan nenek moyang " Tungkuk" yang saya ketahui waktu itu adalah berupa keris.
Keris itu sering di panggil dengan sebutan " Keris Puyang Tungkuk". Masyarakat Desa Pajar Bulan melakukan perawatan keris ini dengan cara melakukan ritual pencucian keris pusaka setiap 3 tahun sekali. Setiap pencucian keris, selalu didahului dengan ritual potong kambing dahulu untuk kemudian keris ini dicuci di air sungai yang mengalir, yang di kenal dengan nama sungai Kedurang. Masyarakat setempat menyebut sungai ini dengan sebutan " Ayik Kedurang ".
Waktu pencucian keris pusaka ini adalah waktu pagi hari sekitar pukul 4.00 WIB. Pantangan waktu pencucian keris ini adalah tidak boleh kedahuluan burung berbunyi. Setelah keris dicuci, keris di bawa pulang ke rumah kepala adat yang oleh masyarakat setempat disebut " Jurai Tue ". Masyarakat di desa Pajar Bulan juga mempercayai bahwa air bekas pencucian dari keris ini dapat menyembukan berbagai penyakit kulit, terutama penyakit yang sering disebut sebagai ghidas masam atau cacar air. Benar atau tidaknya khasiat dari air tersebut,
yang jelas ini adalah salah satu budaya Indonesia, warisan leluhur yang patut kita jaga kelestariannya, jangan sampai punah atau di akui sebagai budaya bangsa lain....
1 komentar:
Luk Mane anak cucung Puyang tungkuk ni, pacak di uraikan dimane saje badahnye, beghape ughang anaknye
Posting Komentar